Makalah Tumbuhan Penghasil Resin (Dragon's Blood)
MAKALAH
HASIL HUTAN BUKAN
KAYU
RESIN
OLEH:
SEFEARIFIN ZEGA
CCA 117 006

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas kasih Karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan mata kuliah Hasil Hutan Bukan Kayu. Dalam
makalah ini disajikan materi
mengenai gambaran umum, proses
pengambilan dragon’s blood, dan kegunaan dari beberapa jenis tumbuhan.
Makalah ini ditujukan kepada
semua kalangan yang ingin mempelajari tentang materi yang ada dalam makalah ini dan juga diajukan
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah.
Terselasaikannya
makalah tidak terlepas dari
dukungan beberapa pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada dosen
pengampu mata kuliah yang telah membimbing dan
mengarahkan selama
proses belajar mengajar berlangsung
serta rekan-rekan kelas yang
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, sehingga saran dan kritikan dari
pembaca sangatlah penyusun harapkan
untuk perbaikan makalah
selanjutnya. Atas kekurangannya penyusun
mohon maaf, semoga makalah
ini bermanfaat. Terima kasih.
Palangka Raya, September
2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan
Makalah.................................................................................. 1
II. TUMBUHAN PENGHASIL DARGON’S
BLOOD
2.1 Gambaran
Umum Dragon’s Blood..................................................... 2
2.2 Proses
Pengambilan Dragon’s Blood................................................. 4
2.3 Kegunaan
Dragoon’s Blood............................................................... 5
III. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 7
5.2 Saran.................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Resin merupakan eksudat
(getah) yang dikeluarkan oleh banyak jenis tumbuhan, terutama oleh jenis-jenis
pohon runjung (konifer). Selain itu, resin ini juga dikenal dengan sebutan dragon’s blood. Getah ini biasanya
membeku, lambat atau segera, dan membentuk massa yang keras, sedikit banyak,
dan transparan. Resin dipergunakan terutama sebagai bahan pernis, perekat,
pelapis makanan (agar mengkilat), bahan campuran dupa dan parfum, serta sebagai
sumber bahan mentah bagi bahan-bahan organik olahan. Resin termasuk di dalam hasil hutan
bukan kayu yang diantaranya dapat ditemukan pada beberapa genus tumbuhan
seperti Dracaena, Croton, dan Pterocarpus.
1.2
Tujuan Makalah
Tujuan dari kegiatan penyusunan makalah ini adalah
supaya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui gambaran umum, proses pengambilan, dan kegunaan dragon’s blood.
II. TUMBUHAN PENGHASIL DRAGON’S BLOOD
2.1 Gambaran Umum Dragon’s Blood
2.1.1 Dracaena, Croton
Dracaena merupakan
salah satu genus dari tumbuhan yang termasuk di dalam famili Dracaenaceae
penghasil resin jernang (daragon’s blood)
yakni resin yang berwarna merah (Waluyo, dkk., 2015). Tumbuhan dari genus ini
memiliki ciri-ciri daun berwarna hijau dengan tepian berwarna merah, kuning,
dan hijau. Tumbuhan ini dapat dibudidayakan dengan cara stek batang yakni
dengan memotong bagian batang sepanjang 20 cm dan disemaikan pada media
berpasir. Media tumbuhan dari genus ini memerlukan air yang cukup atau tidak
boleh kekeringan. Jenis tumbuhan ini adalah asli Asia Tenggara dan Socotra,
Kepulauan Canary, Madeira dan Maroko, Cina (Roskov et al. 2015).
Kunjungi juga : Pengertian Resin Menurut Para Ahli
Dracaena
menghasilkan flavonoid 3–5 dan steroid 6–10. Flavonoid dari genus Dracaena
dilaporkan menunjukkan antiestrogenik, 11,12 antioksidan, 11-13 dan aktivitas
bakteriostatik, 14 dan steroid dilaporkan dengan efek antiproliferatif 15-17
sebagai bagian dari pencarian yang sedang berlangsung untuk produk alami
bioaktif baru dari Cina (Yingdong Zhu, at al., 2007).
Dalam genus Croton, darah naga disekresikan oleh laticifers nonarticulated dan
/ atau sel parenkim nonspesifik (Rudall 1987; Farias et al. 2009). Yang pertama
lebih banyak di floem, sedangkan yang terakhir berlimpah di korteks. Liferifer
kelimpahan bervariasi di Croton spp. dan ditentukan oleh usia tanaman,
posisinya di pohon dan lingkungan. Secara umum, latisifer kurang melimpah di
batang tua daripada di batang muda (Rudall 1994); cabang memiliki kerapatan
latisifer lebih besar daripada batang, dan pohon-pohon di hutan hujan tropis
memiliki lebih latah daripada hutan tropis semi-gugur (Farias et al. 2009).
2.1.2 Pterocarpus
Pterocarpus
adalah genus pantropis dari legum dalbergioid. Ini telah menjadi subyek dari
beberapa perawatan taksonomi regional dan satu studi monografi oleh Rojo. Dalam
penelitian itu, Rojo mengakui 20 spesies (23 taksa), tetapi Lewis memperkirakan
jumlah ini sebagai 25-30 spesies, tidak mendukung sinonimisasi Rojo dari
beberapa taksa di bawah spesies Amerika P.
rohrii. Perkiraan terbaru adalah bahwa dari Klitgaard dan Lavin, di mana
jumlah spesies diperkirakan sebagai 35-40. Pusat utama keragaman Pterocarpus
adalah tropis Afrika diikuti oleh Neotropics dan Indomalaya.
Beberapa spesies Pterocarpus dieksploitasi di seluruh jangkauan mereka sebagai kayu
serta dalam pengobatan tradisional. Seperti negara Klitgaard dan Lavin,
Indomalaya narra (P. indicus) mungkin
adalah salah satu legum kayu yang paling penting secara global, dan beberapa
spesies Afrika adalah pohon kayu yang sangat penting yang dikenal sebagai
paduak. Genus ini digunakan secara medis di berbagai jangkauannya untuk
berbagai kondisi. Spesies Pterocarpus telah menerima banyak perhatian dalam
beberapa tahun terakhir dalam studi eksperimental yang telah memberikan bukti
untuk bioaktivitas mereka. Sebagian karena penggunaannya yang ekstensif, tiga
spesies (P. indicus, P. santalinus, P. marsupium) terdaftar di bawah daftar spesies terancam IUCN Merah
dan P. santalinus juga termasuk dalam
CITES Annex II. Karena berbagai penggunaan etnomedicinal yang terdokumentasi
untuk spesies Pterocarpus, bukti
bioaktifitas untuk beberapa dari mereka, status kritis untuk beberapa spesies
sangat dipengaruhi oleh penggunaan dan distribusi genus di tiga wilayah
(Neotropics, tropis Afrika dan Indomalaya), itu adalah kelompok model yang
ideal untuk mengembangkan pendekatan untuk mempelajari pola filogenetik dalam
sifat obat (Haris et
al., 2011).
Kunjungi juga : Jenis-Jenis Pohon Penghasil Resin
2.1.3 Dracaena
cochinchinensis (Lour) S.C
D.
cochinchinenesis secara eksklusif didistribusikan di Cina (Yunnan selatan
dan provinsi Guangxi), Vietnam dan Laos, dan telah terdaftar sebagai tanaman
nasional yang terancam punah sejak 1987. Tanaman ini umumnya ditemukan di
tebing-tebing yang cerah di daerah batu gamping di pegunungan yang curam,
biasanya pada ketinggian 1.300–1.700 m. Ahli botani memperkirakan hanya ada
sekitar 200.000 tanaman yang hidup di alam liar, apalagi, sumber daya liar D.
cochinchinenesis menjadi semakin langka karena pengumpulan berlebihan (Jia-Yi
Fan, et al., 2014).
2.1.4 Dracaena
cambodiana Pierre ex Gagnep
Dracaena
cambodiana Pierre ex
Gagnep memiliki tinggi 2–3 m. Daunnya paku ramping memancar dari sumbu pusat
dengan sebuah antena yang berkembang. Buahnya berwarna merah dan bulat dengan
satu biji. Dracaena cambodiana Pierre ex Gagnep dibudidayakan terutama di dalam
ruangan yang daunnya dikelompokkan dalam bundel; staples daun dewasa digunakan
untuk menenun tempat tidur yang digantung. Ditemukan di hutan lebat, terutama di
daerah pegunungan Kamboja, di gunung Bokor, di bebatuan kalsif di provinsi
Kampot (Rasadah at al., 2010).
2.2 Proses Pengambilan Dragon’s Blood
2.2.1 Dracaena, Croton
Dragon’s Blood pada Dracaena dan Croton bisa diperoleh dengan melakukan teknik penyadapan pada
bagian batang dari spesies pohon tersebut (Pearson dan Prendergast 2001).
2.2.2 Pterocarpus
Seperti halnya pada jenis Dracaena, Dragon’s Blood pada pterocarpus juga diperoleh dengan
melakukan teknik penyadapan pada bagian batang dari spesies pohon tersebut
(Pearson dan Prendergast 2001).
2.2.3 Dracaena
cochinchinensis (Lour) S.C
Dragon’s Blood pada Dracaena cochinchinensis (Lour.) S.C. diperoleh dengan menginduksi
jamur seperti Fusarium proliferatum
di batang pohon dan meninggalkan jenis bagian-bagian tersebut. Oleh karena itu,
organ tumbuhan yang terinfeksi akan menghasilkan resin darah naga (Fan et al.
2008; Wang dkk. 2010; Ou et al. 2013).
2.2.4 Dracaena
cambodiana Pierre ex Gagnep
Dragon’s Blood pada Dracaena cambodiana Pierre ex Gagnep
juga diperoleh dengan menginduksi jamur seperti Fusarium proliferatum di batang pohon dan meninggalkan jenis
bagian-bagian tersebut. Oleh karena itu, organ tumbuhan yang terinfeksi akan
menghasilkan resin darah naga (Fan et al. 2008; Wang dkk. 2010; Ou et al.
2013).
Kunjungi juga : Pengertian Oleoresin Menurut Ahli
2.3 Kegunaan
2.3.1 Dracaena, Croton
Dracaena
dan Croton berfungsi sebagai anti bakteri
dan anti jamur yang telah dikenal sejak jaman dahulu (Gupta et
al. 2008). Saat ini, sifat antioksidan dari ekstraknya digunakan oleh industri kosmetik
dalam produksi krim kulit anti penuaan. Studi juga sedang dilakukan untuk
memverifikasi sifat anti-kankernya (Rossi et al., 2003).
2.3.2 Pterocarpus
Informasi
tentang penggunaan spesies Pterocarpus
adalah disusun dari literatur penelitian yang luas dari 125 sumber, termasuk
artikel yang dipublikasikan, basis data daring, dan kompendium lokal obat
tradisional. Dari sumber tersebut diperoleh bahwa jenis pterocarpus digunakan
untuk pengobatan seperti peredaran darah, gastrointestinal, genito-kemih/kesuburan,
infeksi/demam, peradangan, musculo-skeletal, gugup, nNyeri, pengobatan racun, pernapasan,
sensorik, dan kulit (Haris et
al., 2011).
2.3.3 Dracaena
cochinchinensis (Lour) S.C
Fan et al.
(2014) menjelaskan hasil reviewnya terhadap penelitian yang melaporkan manfaat
farmakologis dragon blood dari spesies Dracaena cochinchinensis yang
diantaranya memiliki aktivitas anti bakteri, anti spasmodic, anti inflammatory,
analgesic, anti diabetic, anti tumor dan juga dapat meningkatkan fungsi immun,
perbaikan kulit, menyetop pendarahan dan meningkatkan sirkulasi darah
Dracaena
cochinchinensis (Lour.) S.C. juga
dipercaya menjadi sumber asli dari darah naga dan telah banyak digunakan dalam
obat tradisional Cina untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengobati
perdarahan traumatik dan visceral (Jia-Yi Fan, at al., 2014).
2.3.4
Dracaena cambodiana Pierre ex Gagnep
Dalam pengobatan tradisional Kamboja,
batang dipotong, dimaserasi dalam alkohol dan digunakan sebagai pembersih darah
untuk rematik dan nyeri sendi. Dosis yang dianjurkan adalah infus 8– 12 gram
kulit kayu yang diambil tiga kali sehari (Pitsuwan, Suris. 2010).
Kunjungi juga : Pengertian, Sumber, Cara, Manfaat, dan Keuntungan Oleoresin
III. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Genus
Dracaena dan Pterocarpus saat ini memiliki persediaan yang kurang sebagai
penghasil dragon’s blood karena penggunaan yang secra besar-besaran.
2. Proses pengambilan dragon’s blood pada
dracaena dan pterocarpus dilakukan dengan teknik penyadapan, seadngkan pada
jenis dracaena cochinchinensis (Lour) S.C dan dracaena combadiana Pierre ex
Gagnep dilakukan dengan teknik pemanfaatan jamur seperti Fusarium proliferatum.
3. Keempat
jenis penghasil dragon’s blood tersebut sangat lebih dominan pada pemanfaatan
sebagai obat-obatan.
3.2
Saran
Dengan mengetahui keadaan dan kegunaan
penghasil dragon’s blood ini,
diharapkan supaya dapat melakukan penelitian untuk mengetahui cara yang lebih efektif dalam melakukan pembudidayaan supaya
tetap lestari dan terlepas dari kepunahan.
DAFTAR PUSTAKA
Fan
at al. 2014. A Systematic Review of the Botanical, Phytochemical and
Pharmacological Profile of Dracaena cochinchinensis, a Plant Sources of the
Ethnomedicine “Dragon Blood.” Molecules, 19, 10650–10669. https://doi.org/10.3390/molecules190710650
Fan
LL, Tu PF, Xe JX, Chen HB, Cai SQ. Microscopical study of original plant of
Chinese drug “dragon’s blood” Dracaena cochinchinensis and
distribution and constituents detection of its resin. Zhongguo Zhong Yao
Za Zhi. 2008;33:1112–1117.
Farias
FR, Williamson JS, Rodriguez SV, Angeles G, Portugal VO. Bark anatomy
in Croton dracovar. draco (Euphorbiaceae) Am J
Bot. 2009;96:2155–2167. doi: 10.3732/ajb.0900035.
Jia
Yin, at al. 2014. A Systematic Review of the Botanical, Phytochemical and
Pharmacological Profile of Dracaena cochinchinensis, a Plant Source of the
Ethnomedicine “Dragon’s Blood” 10650-10669; doi:10.3390/molecules190710650
Ou
L, Wang XH, Zhang Ch. Production and characterization of dragon’s blood from
leaf blades of Dracaena cambodiana elicited by Fusarium
proliferatum. Ind Crop Prod. 2013;45:230–235. doi:
10.1016/j.indcrop.2012.12.027.
Pearson
J, Prendergast HDV. Daemonorops, Dracaena and other dragon’s
blood. Econ Bot. 2001;55:474–477. doi: 10.1007/BF02871711.
Pitsuwan,
Suris. 2010. ASEAN Herbal and Medicinal Plants. Jakarta : ASEAN Secretariat
Roskov
Y et al (2015) Species 2000 & ITIS Catalogue of Life, 23rd December 2015.
Digital resource at http://www.catalogueoflife.org/col.
Species 2000: Naturalis, Leiden, the Netherlands. ISSN 2405-8858
Rudall
P. Laticifers in Euphorbiaceae—a conspectus. Bot J Linn
Soc. 1987;94:143–163. doi: 10.1111/j.1095-8339.1987.tb01043.x.
Rudall P. Laticifers in Crotonoideae
(Euphorbiaceae): homology and evolution. Ann Missouri Bot
Gard. 1994;81:270–282. doi: 10.2307/2992097.
Penyusun : Zega Hutan