Oleoresin : Pengertian, Sumber, Cara, Manfaat, dan Keuntungan Oleoresin

1. Pengertian Oleoresin

Oleoresin dapat dikatakan sebagai turunan dari resin yakni hasil dari ekstraksi suatu minyak yang telah tercampur dengan resin. Menurut Rodianawati et al. (2015), oleoresin merupakan campuran dari resin dan minyak esensial yang diperoleh melalui ekstraksi berbagai rempah-rempah dengan rasa dan aroma yang sama dari rempah-rempah tersebut.

Sedangkan menurut Cripps (1973) mengartikan oleoresin sebagai produk yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman dengan kelebihan tertentu. Oleoresin berupa gugusan kimia yang mmiliki susunan yang terstruktur secara kompleks. Umumnya, oleoresin dapat menghasilkan rasa pahit serta rasa pedas. Rasa pedas di dalam oleoresin dipengaruhi oleh zat-zat tertentu yang terkandung di dalamnya.

Oleoresin merupakan campuran dari resin dan minyak esensial yang diperoleh melalui ekstraksi berbagai rempah-rempah dengan rasa dan aroma yang sama dari rempah-rempah tersebut. Sedangkan menurut Cripps (1973) mengartikan oleoresin sebagai produk yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman dengan kelebihan tertentu. Oleoresin memiliki manfaat yang sangat beragam dan memiliki pengaruh pada keadaan saat ini. Umumnya, oleoresin digunakan di berbagai industri obat-obatan, makanan, dan juga minuman. Manfaat penggunaan oleoresin pada beberapa produk dari hasil industri dimaksudkan untuk mempertahankan serta menambah umur produk tersebut.

Berdasarkan penelitian Ravindran & Babu (2005) pada genus Zibinger dikatakan bahwa pembentuk rasa pedas dari genus tersebut terdiri dari beberapa zat yakni, gingerol, minyak jahe, resin, zingiberen, dan shagaol.

2. Sumber Oleoresin

Oleoresin adalah resin yang tercampur dengan minyak atsiri yang berasal dari berbagai jenis rempah yang telah diekstrak (Pratsetyo & Mulyono, 1987). Umumnya, oleoresin berasal dari tanaman rempah-rempah. Rempah-rempah sumber oleoresin tersebut diantaranya berasal dari buah, biji, daun, rimpang, seperti cabe, jahe, kayu manis, kapulaga, kunyit, lada, pala, dan panili (Gilbertson, 1971).

3. Cara Menghasilkan Oleoresin

Oleoresin dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan ekstraksi. Somaatmadja (1981) menjelaskan bahwa kegiatan ekstraksi yang dilakukan untuk memperoleh oleoresin perlu menggunakan pelarut organik yakni aseton, etanol, etilen dikhlorida, heksan, dan metanol. Selain itu, pelarut organik lainnya yang dapat digunakan adalah eter dan isopropil (Moestofa, 1981). Jenis pelarut yang digunakan untuk menghasilkan oleoresin sangat berpengaruh penting dalam kualitas serta kuantitas oleoresin tersebut.


Pembuatan oleoresin diawali dengan mengekstrak bahan yang telah disiapkan menggunakan pelarut organik. Kemudian, dari kegiatan ekstrak selajutnya menguapkan pelarut sehingga menyisakan ekstrak yang bercampur dengan minyak, lemak, komponen flavor, serta pigmen dari bahan yang digunakan. Sisa ekstrak tersebut dikatakan sebagai oloresin dengankondisi kental.

Setelah itu, oleoresin tersebut diencerkan dengan menggunakan minyak atsiri hasil penyulingan sebelumnya supaya proses selanjutnya lebih mudah (Prasetyo & Mulyono, 1987).

4. Manfaat Oleoresin

Oleoresin memiliki manfaat yang sangat beragam dan memiliki pengaruh pada keadaan saat ini. Umumnya, oleoresin digunakan di berbagai industri obat-obatan, makanan, dan juga minuman. Manfaat penggunaan oleoresin pada beberapa produk dari hasil industri dimaksudkan untuk mempertahankan serta menambah umur produk tersebut.

Hal ini dikarenakan beberapa produk tidak memiliki ketahanan yang lama sehingga lebih rentan terhadap serangan berbagai bakteri dan jamur yang dapat membuat produk menjadi rusak. Untuk itu, perlu memanfaatkan oleoresin sebagai penghambat aktivitas mikroba.

5. Keuntungan Penggunaan Oleoresin

Beberapa keuntungan penggunaan oleoresin yang dikemukakan oleh Tan (1981) adalah sebagai berikut:
  • Kualitas produk akhir dapat terkontrol, karena bahan yang digunakan dapat distandarisasi dengan tepat, terutama rasa dan warnanya.
  • Bahan lebih homogen dan lebih mudah ditangani.
  • Bahan terbebas dari bakteri, bahan asing, enzim lipase, serta kotoran.
  • Bahan dapat didespersikan secara merata ke dalam bahan pangan.

Pustaka:
Cripps, M. H. 1973. Spices Oleoresin: The Process, The Market, and The Future. In Proceeding of Conference of Spice. Tropical Product Institute. London

Gilbertson, G. 1971. Oleoresin as Flavor Ingredients. The Flavour Industry. S. Afr

Pratsetyo, A. P & Mulyono, E. 1987. Penggunana Oleoresin Sebagai Bahan Penyedap Makanan dan Minuman. Bul. Littro 1 (2) 94-101

Ravindran, P.N., & Babu, K. N. 2005. Ginger The Genus Zingiber. CRC Press. New York

Rodinawati, I., Hastuti, P., & Cahyanto, M. N. 2015. Nutmeg’s (Myristica fragrans Houtt) Oleoresin: effect of Heating to Chemical Compositions and Antifungal Properties. Procedia Food Science 3: 244-254

Tan, H. L.1981. Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan, Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah Olahan di Tanjung Karang, Lampung

Editor : Zega Hutan
close