Jenis-Jenis Parenkim Kayu

Parenkim kayu merupakan sel-sel hidup yang terdapat di dalam kayu gubal yang berfungsi untuk menyimpan makanan cadangan serta sebagian sel sebagai pengangkutan dengan bentuk yang pendek (Sunardi, 1977). Jenis-jenis parenkim kayu terdiri atas 3 jenis yaitu parenkim jari-jari, parenkim longitudinal, dan parenkim epital. Parenkim yang terakhir ini jika ada saluran resin dalam kayu itu. Jadi hampir seluruhnya terdiri atas parenkim. Parenkim longitudinal arahnya sejajar serat sumbu pohon dan berkelompok dalam untaian (standars), sedang parekim epital letaknya mengelilingi saluran resin (Sunardi, 1977).

Parenkim kayu merupakan sel-sel hidup yang terdapat di dalam kayu gubal yang berfungsi untuk menyimpan makanan cadangan serta sebagian sel sebagai pengangkutan dengan bentuk yang pendek (Sunardi, 1977). Jenis-jenis parenkim kayu terdiri atas 3 jenis yaitu parenkim jari-jari, parenkim longitudinal, dan parenkim epital.

Parenkim jari-jari sedikit sekali nilainya dalam identifikasi kayu secara mikroskopis, kecuali kalau volumenya cukup besar sehingga jari-jari terlihat jelas. Demikian halnya juga dengan parenkim epital. Sebaliknya parenkim longitudianl sangat berguna sebagai ciri yang sangat kasat mata. Parenkim longitudinal hampir dapat ditemukan pada semua jenis kayu daun lebar, sedangkan pada kayu daun jarum adanya jaringan ini kurang lazim. Penyebaran parenkim pada penampang melintang batang mempunyai nilai yang tinggi dalam identifikasi kayu secara makroskopis terutama pada kayu daun lebar (Sunardi, 1977).

Pada penampang melintang batang umumnya parenkim nampak sebagai kelompok sel yang berwarna lebih muda dari pada jaringan lainya atau berwarna gelap karena isinya. Berdasarkan letak parenkim terhadap pembuluh kayu, penyebaran parenkim pada penampang lintang kayu daun dapat dibagi menurut 2 jenis tipe yaitu tipe parenkim apotracheal dan tipe parenkim paratracheal (Sunardi, 1977).


Tipe parenkim apotracheal adalah parenkim yang tidak berhubungan dengan pembuluh. Sedangkan tipe parenkim paratracheal adalah parenkim yang berhubungan dengan  pembuluh. Kedua jenis tipe ini memiliki fungsi yang sama ialah untuk menyimpan makanan. Kedua jenis tipe parekim itu dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian yakni jenis tipe apotracheal yang terbagai menjadi parenkim terminal, parenkim diffus, dan parenkim matatracheal. Selanjutnya jenis tipe paratracheal terbagi menjadi parenkim vasisentrik, aliform, dan klofuen. Pembagian tipe parenkim tersebut sudah cukup jelas untuk diindentifikasi, tetapi terdapat  beberapa bentuk peralihan antara kedua tipe tersebut. Tiap-tiap parenkim divatas pada penampang (x) nampak sebagai berikut (Sunardi, 1977):

1. Parenkim Terminal

Lapisan sempit dari sel-sel parekim pada akhir masih tumbuh. Jika cukup lebar, maka lapisan itu nampak pada mata sebagai garis-garis berwarna muda menjadi batas-batas lingakaran tumbuh, seperti pada medang. Parenkim inisial dipakai untuk terminal yang letaknya pada permulaan lingkaran tumbuh, misalnya pada jati, suren (Sunardi, 1977).

2. Parekim Diffus (Parekim Baur)

Parenkim diffus terdiri atas parekim tunggal tersebar secara tak teratur diantara jaringan-jaringan yang lain. Tipe ini biasanya hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Jika parenkim itu penampang lintang nya cukup besar, maka parenkim itu dapat dilihat dengan loupe sebagai bintik-bintik berwarna putih, seperti pada punah Tetramorista glabra (Sunardi, 1977).

Parenkim diffus kadang-kadang membentuk kelompok garis-garis halus dari satu jari-jari ke jari-jari yang lainnya. Dalam hal ini parenkim ini disebut parenkim diffus berkelompok (Sunardi, 1977).

3. Parenkim Metatracheal 

Parenkim metatracheal terdapat pada lapisan-lapisan tangesial, tidak berhubungan pembuluh. Lapisan-lapisan ini nampak sebagai pita-pita yang sangat sempit dan hanya terlihat dengan loupe, berupa garis-garis halus (Sunardi, 1977). 

Garis halus atau pita berbeda dengan parenkim diffus berkelompok karena parenkim ini memotong beberapa jari-jari. Parenkim ini kurang lebih merupakan lapisan-lapisan konsentrik yang kontinu. Garis-garis halus atau pita lebar ini mungkin jaraknya sama satu sama lain (Obony=Diesyros Celebica) baik sempit maupun lebar, atau tidak teratur seperti rengas, yakni jika parenkim ini sukar dibedakan dari parenkim terminal. Pita-pita lebar tersebut mungkin lebarnya sampai beberapa sel disebut pita lebar atau yang jelas. Jika lapisan-lapisan parekim itu dan jari-jari lebarnya kira-kira sama dengan antara jari-jari terjadi bentuk jala (raticoulate) (Sunardi, 1977).

4. Parenkim Vasisentrik

Jika parekim membentuk semaca sarung sekeliling pembuluh (peri) seperti pada weru, disebut parenkim vasisentrik. Dalam banyak jenis kayu, sarung itu tidak lengkap dan karena itu parenkim tidak selengkapnya vasisentrik, disebut paratracheal jarang. Dalam beberapa jenis kayu paratracheal itu terbatas pada satu pihak dari pembuluh, yakni pada sisi tangensial. Tipe ini disebut parenkim abaxsial (vasisentrik unilateral) (Sunardi, 1977).

5. Parenkim Konfluen

Jika parenkim itu saling berhubungan satu sama lain ke samping (dalam arah tangesial) maka parenkim itu disebut konfluen. Dalam banyak jenis kayu parenkim konfluen makin ke arah luar dalam tiap lingkaran tumbuh semakin kontinu, dan makin ke arah dalam tiap-tiap lingkaran tumbuh akan semakin aliform (Sunardi, 1977).


Lapisan-lapisan lebar dari parekim konfluen kerap kali dengan loupe tidak mudah dibedakan dari lapisan-lapisan lebar parenkim metatracheal. Untuk mencakup kedua tipe parekim ini, dipakai istilah pita lebar yang jelas. Dengan penggambaran yanga hati-hati, biasanya mungkin untuk membedakan apakah lapisan parenkim yang lebar itu sebetulnya paratracheal atau apotracheal.

Jika paratracheal, maka akan kadang–kadang terlihat pembuluh dengan parenkim aliform, jika apotracheal, maka kadanng-kadang akan terlihat pembuluh-pembuluh yang tak berhubugan dengan parekim. Susunan parekim ini merupakan pengenal dalam identifikasi kayu. Dalam beberapa jenis kayu hanya ada satu tipe, tetapi ada pula jenis-jenis kayu yang mempunyai dua tipe parenkim. Jika susunan parekim terlau banyak ragamnya, maka sukar digunakan sebagai ciri pengenalnya (Sunardi, 1977).

Pustaka:
Sunardi. 1977. Ilmu Kayu. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta   
close