Rotan | Klasifikasi, Morfologi, Manfaat, Penyebaran, dan Sifat

1. Klasifikasi Rotan

Rotan adalah salah satu kelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Rotan  tumbuh liar di dalam hutan atau ada yang sengaja ditanam untuk keperluan tertentu sehingga dapat dimanfaatkan.

Rotan termasuk jenis produk dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sudah lama dikenal. Produk-produk olahan rotan sebagai HHBK memberikan sumbangan pendapatan kepada negara. Klasifikasi ilmiah dari rotan adalah sebagai berikut (Uhl & Diansfield, 1987) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monokotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Palmae/Arecaceae

Subfamili : Calamoideae

Genus : Calamus

Spesies : Calamus spp.

Klasifikasi rotan menurut Uhl & Diansfield (1987) termasuk ke dalam famili palmae dan genus calamus. Rotan adalah salah satu kelompok palma.
Sumber Gambar (rimbakita.com)

2. Morfologi Rotan

Bagian rotan yang sering digunakan adalah batang. Dari hal tersebut, akar rotan sangat jarang diketahui oleh masyarakat. Akar rotan secara umum memiliki dua sifat yakni geotropik dan apogeotropik. Berdasarkan sifat tersebut mengindikasikan bahwa sistem perakaran rotan termasuk sistem perakaran di dalam tanah yang sangat rumit. Akar rotan berbentuk serabut dengan sistem perakaran bergerak secara vertikal (40%) dan horizontal (60%) (Sanusi, 2012). 

Rotan termasuk salah satu sebagai tumbuhan liar yang merambat dengan batang berdiameter 2-5 cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri tersebut sebagai bagian dari batang rotan yang memiliki fungsi sebagai pertahanan diri dari serangan jenis hewan herbivora. Selain itu, duri pada rotan juga berfungsi sebagai alat untuk memanjat. Hal ini terjadi karena pada rotan tidak memiliki slur. Selanjutnya, batang rotan memiliki banyak kandungan air. Air yang berasal dari rotan dapat diminum apabila kehabisan air di dalam kawasan hutan. Air ini akan keluar jika batang rotan ditebas.

Kunjungi juga : Klasifikasi, pengenalan, dan Budidaya Lebah Kelulut

Daun yang dimiliki oleh rotan berbentuk majemuk dimana ruas batang tertutupi dengan pelepah daunnya. Januminro (2000) menjelaskan bahwa daun rotan terletak sejajar, menyirip, atau pun berseling di sepanjang pelepah daun. Selain itu, daun rotan juga masih memiliki anak daun. Anak daun rotan secara umum berbentuk pita atau lanset dan juga belah ketupat (Kalima, 1999).

Selain batang dan daun, rotan juga menghasilkan bunga berbentuk majemuk. Bunga pada rotan terbagi menjadi dua bagian yakni bunga pada bagian tepi batang dan pada bagian ujung batang. Pembagian bunga ini tergantung pada jenis rotan. Umumnya, rotan terbungkus dengan seludang dan berukuran kecil dengan warna yang bervariasi seperti hijau, coklat, atau krem (Januminro, 2000).

Buah rotan memiliki sisik pada bagian kulit luar dimana ukuran sisik tersebut searah dengan ukuran buahnya. Buah rotan berbentuk bulat lonjong atau bulat telur dengan warna coklat, hijau, kemerah-merahan, dan kuning emas. Selanjutnya, buah ini memiliki permukaan yang halus atau berbulu kasar (Januminro, 2000).

3. Manfaat Rotan

Rotan sangat bermanfaat sehingga sangat dikenal di dunia perdagangan. Umumnya rotan dikenal dengan sebutan rattan, yang artinya dalam bahasa Melayu adalah rautan. Rautan diartikan sebagai benda yang didapatkan dengan cara meraut, menggunakan pisau maupun parang yang tajam. Benda-benda tersebut selanjutnya dapat dijadikan tali yang digunakan untuk mengikat benda lainnya. Selai itu, rotan juga bisa dirakit menjadi barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti tikar, kursi, meja, keranjang, dan barang lainnya.

Selain itu, nama perdagangan rotan juga diketahui sebagai bin rattan, core peel, dan canes. Sebelum dimanfaatkan tentunya rotan harus dipanen terlebih dahulu. Pemanenan rotan dapat dilakukan setiap saat dengan memperhatikan kelopak tidak menutupi bagian bawah batangnya, daunnya sudah mengering, serta duri dan kelopak daun sudah rontok.

Rotan yang dipanen kemudian diolah menjadi berbagai produk yang digunakan oleh masyarakat. Pengolahan ini biasanya dalam skala besar seperti industri. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir bahan rotan yang digunakan industri semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh budidaya rotan yang tidak sejalan dengan penggunaannya.

Belum lagi rotan yang digunakan tidak semuanya terpakai sehingga menjadi limbah industri. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anam et al (2020) di salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dimana 600 kg rotang yang digunakan sebagai bahan baku industri setiap bulannya dapat menghasilkan 75 kg limbah. Limbah tersebut tidak digunakan sama sekali.

Rotan utamanya dimanfaatkan sebagai bahan baku mebel untuk pembuatan kursi, meja, serta perabotan lainnya. Keunggulan rotan dari pada kayu adalah kuat dan juga elastis sehingga dalam pembentukannya lebih mudah. Selain itu, rotan juga sangat ringan dan murah di pasaran. Akan tetapi, rotan sangat rentan terhadap serangan kutu bubuk atau dikenal dengan Pin Hole. Selain digunakan sebagai bahan mebel bagian batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat serta senjata.

Selain itu di beberapa perguruan pencak silat di Indonesia mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di  beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu. Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Resin yang dihasilkan oleh rotan memiliki warna merah. Di dunia perdagangan, resin tersebut dikenal dengan sebutan dragon's blood yang digunakan untuk mewarnai berbagai karya tradisional maupun modern. Selanjutnya, di beberapa daerah di Indonesia seperti masyarakat Kalimantan Tengah memanfaatkan rotan sebagai sayuran. Bagian rotan yang digunakan adalah bagian rotan muda.

4. Penyebaran Rotan

Indonesia termasuk di dalam bagian negara yang menghasilkan rotan dalam skala besar di dunia. Di Indonesia, luas kawasan hutan yang memiliki rotan di dalamnya diperkirakan sebesar 13,20 juta ha yang terdiri dari 8 marga dengan 306 jenis. 51 jenis diantaranya sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik itu untuk pembuatan perabotan rumah tangga maupun diekspor untuk memperoleh harga yang sedikit lebih mahal dan menguntungkan. Jenis rotan yang memiliki harga tinggi diantaranya terdapat dua jenis yakni Calamus dan Daemonorops.

Kunjungi juga : Mengenal Tumbuhan Karamunting

Sebagian besar rotan tumbuh dan dapat ditemui di hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua serta di beberapa daerah di Indonesia. Kementerian Perindustrian Indonesia (2007) mencatat bahwa sebanyak 80% kebutuhan rotan dunia dipasok oleh Indonesia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, Bangladesh dan negara Asia lainnya.

5. Sifat-Sifat Rotan

Adapun sifat sifat rotan secara umum adalah sebagai berikut:

  • Mempunyai batang berduri dan memanjat tetapi terdapat juga jenis yang tidak memanjat.
  • Terdapat 13 genus rotan di dunia dan hampir 600 jenis rotan dihasilkan daripadanya.
  • Sebaran hanya tumbuh di Asia dan Barat Afrika saja. Di Semenanjung, rotan bisa ditemui diberbagai jenis ketinggian dari arah laut sehingga ke ke puncak gunung 3000 m.
  • Rotan dapat tumbuh secara tunggal dan juga berkelompok dan biasanya memanjat dan juga memiliki batang yang kerdil tidak memanjat.
  • Rotan memiliki komponen kimia yang menentukan kekuatan dan keawetan rotan. Menurut Rachman (1996), komponen kimia rotan adalah  holoselulosa (71%-76%),  selulosa (39%-58%), lignin (18%-27%), silika (0,54-8%), tanin (8,14%-8,88%0) dan pati (18,50%-23,57%).
  • Rotan mengandung pati sebagai sumber makanan utama bubuk kayu selain rayap. Makin tinggi  kandungan pati dalam rotan, maka makin mudah diserang oleh bubuk kayu kering.
  • Ukuran sel pori dan  tebal dinding sel serat  menentukan keawetan dan kekuatan rotan.  Berdasarkan hasil peneltian, dinding sel serat rotan memiliki tebal berkisar antara 3,49 µm – 4,89 µm. Makin tebal dinding sel maka makin keras  dan berat suatu jenis rotan  (Rachman, 1996).
  • Rotan memiliki sifat fisika dan mekanika antara lain, berat jenis 0,47-0,57; kadar air basah 84,32%-167,11%; kadar air kering udara   13,76%-18,19%; panjang ruas 20,76-37,20 cm; tingi buku 0,16-,39; keteguhan patah (MOR) 421-834 kg/cm2; keteguhan lentur (MOE) 14.548-22.000 kg/cm2.

Pustaka:

Anam, A. K., Arifin, M., Widiastuti, A., & Arifin, Z. 2020. Pengembangan Produk Orientasi Ekspor dan Inovasi Produk pada UMKM Rotan Indah Jepara. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat 3 (2): 15-23. https://doi.org/10.15575/jak.v3i2.9441

Januminro, CFM. 2000. Rotan Indonesia, Potensi, Budidaya, Pemungutan, Pengolahan, Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kanisius. Jakarta

Kalima, T. 1999. Kunci Identifikasi 17 Jenis Rotan untuk Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor

Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi, Kimia dan Fisik terhadap Mutu Rekayasa Rotan. [Thesis]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/747

Sanusi, D. 2012. Rotan Kekayaan Belantara Indonesia. Brilian Internasional. Surabaya

Uhl, N.W. & Diansfield, J. 1987. Genera Palmarum. A Classification of Palmsbased on the World of Harold E. Moore. Jr Lawrwncw-USA. Allen Press.

close