Faktor Penyebab Terjadinya Erosi Tanah
Erosi tanah merupakan peristiwa
terangkutnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh beberapa aktivitas
seperti angin dan air (Suripin, 2004). Erosi tanah terjadi melalui dua proses
utama yakni pelepasan (terkelupas) dan terangkutnya mineral-mineral tanah.
Proses ini merupakan proses yang paling penting dan berpengaruh besar dalam
terjadinya erosi tanah. Schwab et al. (1981) berpendapat bahwa erosi terdiri
dari dari dua tipe yakni erosi geologi (geological erosion) dan erosi
dipercepat/aktual (accelerated erosion).

Erosi geologi merupakan erosi yang terjadi secara alamiah atau sering disebut sebagai erosi potensial dimana agregat tanah terpecah sehingga membentuk partikel-partikel tanah yang kecil dan berpindah melalui air dan angin. Sedangkan erosi dipercepat adalah erosi yang terjadi akibat dari adanya aktivitas tertentu yang secara umum memiliki nilai negatif dimana pengolahan dan pemanfaatan tanah tidak sesuai dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia yang berperan sebagai subjeknya.
Beberapa penelitian yang telah
dilakukan menyebutkan bahwa nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam
terjadinya erosi tanah memiliki pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan khususnya
di sektor kehutanan.
Di kehutanan itu sendiri, nilai-nilai penentu yang
menyebabkan terjadinya erosi tanah digunakan sebagai indikator dalam melakukan pemulihan,
perbaikan maupun peningkatan fungsi tanah dalam pertumbuhan tanaman hutan
terlebih-lebih vegetasi yang ada di dalamnya. Selain itu, hal ini juga
dilakukan untuk melestarikan atau pun menumbuhkan hutan itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi tanah dibagi menjadi dua bagian yakni dapat dikendalikan oleh
manusia dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Faktor yang dapat
dikendalikan oleh manusia yaitu vegetasi, sedangkan faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh manusia yakni iklim, tanah, dan topografi (Asdak, 1995).
Faktor-faktor tersebut dianggap sebagai faktor utama terjadinya proses erosi pada tanah adalah sebagai berikut.
1. Faktor Iklim
Iklim merupakan faktor penyebab erosi yang terjadi
secara abstrak dimana di dalamnya dinyatakan suatu kebiasaan cuaca serta unsur
atmosfer di suatu daerah dengan rentang waktu yang sangat lama (Glenn T.
Trewartha, 1980). Iklim dapat diklasifikasika menjadi 6 tipe yakni iklim
matahari, iklim tipe A, iklim tipe B, iklim tipe C, iklim tipe D, serta iklim
tipe E.
Selain itu, iklim juga terdiri dari beberapa unsur yaitu awan, curah
hujan, kelembaban, cahaya matahari, suhu dan tekanan udara. Diantara
unsur-unsur tersebut, curah hujan memiliki peran besar dalam menyebabkan erosi
(Anthony, 2001). Hal ini dikarenakan berat air hujan berbobot 800 kali lebih
berat dari pada udara sehingga setengah atau sepertiga berat batuan memiliki
berat yang sama dengan lapisan tanah yang terlepas.
Dari pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa ketika air hujan mengalir maka partikel-partikel tanah dapat terangkut
dan terlepas dari lapisan tanah (Osok et
al., 2018). Selain itu, Arsyad (1989) menjelaskan bahwa kekuatan dispersi, daya
pengangkutan dan kerusakan terhadap tanah ditentukan oleh besarnya curah hujan
yang terjadi. Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai intensitas curah
hujan yang tinggi serta jumlah air yang besar dapat mengakibatkan erosi yang
besar (Baver, 1959).
2. Faktor Topografi
Topografi merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi tanah dimana keadaan
tinggi dan rendahnya suatu permukaan bumi sehingga menyebabkan lereng dapat
berbeda-beda (Alie, 2015). Faktor topografi yang memiliki pengaruh besar dalam
terjadinya erosi tanah adalah panjang dan kemiringan lereng. Hal ini
dikarenakan panjang dan kemiringan lereng dapat mempengaruhi kecepatan serta
volume air yang mengalir sampai pada daerah tertentu.
Penyebab itu diartikan
sebagai lereng yang semakin panjang akan membuat volume aliran permukaan semakin
besar dan lereng yang semakin miring dapat mempercepat aliran air sehingga
terhambat untuk masuk ke dalam pori-pori tanah sehingga bahaya erosi yang akan
terjadi semakin besar (Dewi, Ni Made, & Tatiek, 2012).
3. Faktor Tanah
Tanah adalah salah satu faktor yang
sangat berpengaruh dalam terjadinya erosi. Tanah memiliki beberapa komponen
yang menyebabkan erosi diantaranya tekstur, bahan organik, struktur, dan sifat
lapisan tanah. Komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam
menghasilkan nilai indeks erosi.
Komponen itu dijelaskan semakin besar
persentase tekstur makan persentase strukturnya semakin kecil sehingga nilai
indeks erosi nya semakin besar, selanjutnya semakin besar persentase bahan
organik nya maka nilai indeks erosi semakin kecil (Sulistyaningrum, et al., 2013). Kecilnya nilai indeks
erosi karena persentase bahan organik dipengaruhi oleh sifat fisik bahan
organik tersebut dimana di dalamnya meliputi permeabilitas, struktur dan
tekstur tanah (Arifin, 2010).
4. Faktor Vegetasi
Penebangan pohon yang berskala
besar sampai habis dapat mengakibatkan kerusakan lapisan permukaan tanah karena
kadar bahan organik yang berkurang, laju infiltrasi yang menurun, serta ruangan
pori-pori makro yang berkurang (Widianto et al, 2002).
Keberadaan suatu tegakan
sangat mempengaruhi kualitas tanah. Hal ini searah dengan penjelasan Sallata
(2013) yang mengatakan bahwa perbaikan infiltrasi tanah dalam menjaga
keseimbangan daerah aliran sungai santa dipengaruhi oleh tegakan pinus kelas
umur tua. Selain itu, Arsyad (1983) menjelaskan bahwa terdapat 4 bagian pengaruh
vegetasi dalam aliran permukaan dan erosi sebagai berikut:
- Intersepsi hujan
- Mempengaruhi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air
- Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan berpengaruh pada porositas tanah.
- Transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah.
5. Faktor Manusia
Peralihan fungsi hutan menjadi
lahan pertanian, penggembalaan, dan pemukiman juga menyebabkan terjadinya
erosi. Peralihan fungsi hutan dalam keadaan tidak terkendali menyebabkan resiko
besar terjadinya erosi. Hal ini dikarenakan penggunaan lahan tidak sesuai
dengan konsep konservasi sehingga aktivitas manusia tersebut menyebabkan
kerusakan lahan (Suriadikusumah & Hardiansyah, 2010).
Dari faktor-faktor tersebut di atas
diketahui bahwa faktor iklim, topografi dan tanah merupakan faktor yang sangat
sulit dikendalikan. Sedangkan faktor vegetasi dan faktor manusia mudah untuk
dikendalikan.
Pustaka:
Alie, M. E. R. 2015. Kajian Erosi Lahan pada DAS
Dawas Kabupaten Musi Banyuasin-Sumatera Selatan. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan 3 (1) : 749-754
Anthony, F.J. 2001. Soil Erosion and Conservation. Seafriends
Marine Conservation and Education Centre. 7 Goat Island Rd. Leigh R.D.5. New Zealand
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai
penggunaan Lahan dalam Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Pertanian
MAPERTA 12 (2) 72–144
Arsyad, S. 1983. Konservasi Tanah dan Air. IPB
Press. Bogor
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan
Kedua. IPB Press. Bogor
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Cetakan Pertama. UGM Press. Yogyakarta
Baver, L.D. 1959. Soil Physics.
John Wiley and Sons. New York
Dewi, Ni Made, & Tatiek . 2012. Prediksi Erosi
dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. Jurnal Agroteknologi Tropika 1 (1)
Osok, R. M., Talakua, S. M., & Gasperz E. J.
2018. Analisis Faktor-Faktor Erosi Tanah dan Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode
Rusle di DAS Wai Batu Merah Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian 14 (2) : 89-96
Sallata, K. M. 2013. Pinus (Pinus merkusii Junghet de Vriese) dan Keberadaanya di Kabupaten
Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Info
Teknis Eboni 10 (2) : 85-93
Schwab et al. 1981. Soil and Water Conservation
Engineering. Third Edition. John Wiley & Sons. New York.
Sulistyaningrum, et al. 2013. Analisa Pengaruh Tataguna
Lahan di Sub DAS Brantas Hulu Terhadap Erosi dan Fluktusi Debit di AWLR Gadang. Universitas Brawijaya.
Suripin. 2004. Pelestarian
Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.
Suriadikusumah, A & Herdiansyah, G. 2010. Dampak
Beberapa Pengguanaan Lahan Terhadap Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di SUB DAS
Cisangkuy. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran
Widianto, et al. 2002. Konversi Lahan Hutan Menjadi
Lahan Pertanian : ‘Apakah fungsi hidrologi hutan dapat digantikan agroforestry
berbasis kopi?’ Seminar HITI NTB. Mataram 27-28 Mei 2002