Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Gerunggang (Cratoxylon arborescens Bl.)

Sifat fisik dan mekanik kayu gerunggang (Cratoxylon arborescens Bl.) terdiri dari warna kayu, kilap, kesan raba, bau, berat, dan kekerasan kayu.

1. Kayu Gerunggang
Gerunggang (Cratoxylon arborescens Bl.) yang termasuk dalam famili Guttiferae. Di beberapa daerah, kayu ini memiliki nama yang berbeda-beda yakni buronggang, dori, geronggang, madang baro, mampat, mantemau, munel, liu-liu, silung-silung, simarunggang, temau, adat, dat, erat, garunggang, irat, mepa, tamau, dan temok (Martawijaya, dkk., 2005).

2. Warna Kayu
Kayu gerunggang memiliki warna merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan analisa menggunakan buku Munshell Soil Color Chart (2000) yang termuat di dalam Megawati, dkk. (2016), yang menyatakan kayu yang diidentifikasi berwarna merah (3/6Red HUE 2.5 YR). Tulisan tersebut juga didukung oleh Martawijaya, dkk., (2005), yang megatakan bahwa kayu teras berwarna merah jambu tua atau merah bata muda jika baru ditebang, lambat laun menjadi tua tetapi tidak menjadi coklat. Perubahan warna pada kayu dipengaruhi oleh lamanya kayu berada di tempat terbuka sehingga dapat lebih gelap dan dapat juga lebih pucat daripada kayu yang segar dan kering udara (Dumanauw, 2001).

3. Kilap
Kayu gerunggang apabila mengenai sedikit cahaya terlihat agak mengkilap. Hal ini diduga sel sel-yang terdapat di dalam kayu gerunggang tersusun lebih rapat sehingga bagian kayunya merata. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyono (2001), yang mengatakan bahwa kayu terpadatkan terasa lebih licin saat diraba sehingga dari keadaan tersebut menghasilkan permukaan yang mengkilap. 

4. Kesan Raba
Saat diraba, kayu gerunggang terasa agak licin dan tidak memiliki tonjolan kecil meskipun dengan bertekstur kasar. Kesan raba ini bisa timbul karena ukuran pori-pori memiliki kesamaan sehingga pengaruhnya pada bidang kayu menjadi halus. Selain itu,  kesan raba ini juga terjadi karena adanya pemadatan pori atau rongga sel kayu, sehingga permukaannya menjadi lebih halus dibandingkan kayu dengan pori atau rongga yang besar besar (Wardhani, 2005).

5. Bau
Bau kayu gerunggang diidetifikasi dengan indra penciuman. Kayu gerunggang menghasilkan bau yang menyengat menyerupai bau lem. Dengan hasil yang demikian diasumsikan bahwa bau ini dipengaruhi oleh keadaan kayu yang selalu dibungkus dengan plastik putih sebelum praktikum dilakukan.

6. Berat
Kuantitas kayu gerunggang yang diperoleh adalah ¾ bagian terendam di dalam air. Dari hasil tersebut, kayu gerunggang diduga cukup ringan. Kayu ini memiliki berat jenis 0,47 (Martawijaya, dkk., 2005)

7. Kekerasan
Gerunggang memiliki kayu yang keras. Hal ini dapat dilihat ketika melakukan penekanan pada kayu gerunggang menggunakan jari tangan. Menurut Martawijaya, dkk. (2005), kayu gerunggang termasuk dalam kelas kuat III-IV dan cocok digunakan sebagai papan dan konstruksi ringan di bawah atap, peti, mebel murah, kayu lapis, dan cetakan beton.

Pustaka:
Dumanauw, J. F. 2001. Mengenal Kayu. Kanisius. Yokyakarta
Martawijaya, dkk. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. CV. Miranti. Bogor
Megawati, dkk. 2016. Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Gerunggang (Cratoxylon arborescens Bl.) Yang Diidentifikasi Berdasarkan Waktu Pengukusan dan Waktu Kempa. Jurnal Hutan Lestari 4(2) : 163-175
Sarinah, dkk. 2018. Panduan Praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
Sulistyono. 2001. Studi Rekayasa Teknis, Sifat Fisis, Sifat Mekanis dan Keandalan Kontruksi Kayu Agathis (Agathis lorantifolia Salisb) Terpadatkan. Program Studi Ilmu Pengtahuan Kehutanan Program Pasca Sarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor
Wardhani, I.Y. 2005. Kajian Sifat Dasar dan Pemanfaatan Bagian Dalam Kayu Kelapa (Cocos nucifera Linn). Sekolah Pasca Sarjana. Insitut Pertanian Bogor. Bogor
close