Penggunaan Avenza Maps Terbaru
1. Penggunaan Avenza Maps
Avenza Maps atau yang juga dikenal dengan nama PDF Maps merupakan aplikasi geotagging dengan menggunakan fitur “GPS” atau “Lokasi” yang bisa dijalankan pada telepon pintar (smartphone) berbasis sistem operasi Android atau IoS (produk dari Apple) (Kaho, 2017). Salah satu keunggulan aplikasi ini adalah ketika telah diinstal dan disetting, maka dalam penggunaannya di lapangan tidak lagi membutuhkan koneksi internet atau dengan kata lain aplikasi ini tetap dapat digunakan pada lokasi yang belum ada sinyal internet maupun jaringan telekomunikasi (contoh: Telkomsel, Indosat, dll) sekalipun (Kaho, 2017).
Rezki (2018) menjelaskan penggunaan avenza maps dimulai dengan menginstal aplikasi avenza maps pada smartphone lalu menginpor peta dan menggunakan fungsi peta. Fungsi peta tersebut terdiri dari penandaan lokasi, mengedit informasi (placemark), tracking, mengukur jarak dan luas, dan mengekspor data dengan tipe file *.gpx.
2. Geotagging Foto Digitasi
Geotagging adalah proses penambahan identifikasi geografis metadata dengan berbagai media seperti foto, video, website, pesan SMS, atau RSS feed dan merupakan bentuk metadata geospasial. Data ini biasanya terdiri dari (latitude and longitude coordinates) koordinat lintang dan bujur, meskipun mereka juga dapat mencakup ketinggian, bantalan, jarak, akurasi data dan nama tempat. Hal ini biasanya digunakan untuk foto.
Geotagging dapat membantu pengguna menemukan berbagai macam informasi spesifik lokasi. Misalnya, orang dapat menemukan gambar yang diambil di dekat sebuah lokasi tertentu dengan memasukkan koordinat lintang dan bujur menjadi gambar yang cocok untuk mesin pencari. Geotagging juga dapat berpotensi digunakan untuk mencari berita berbasis lokasi, website atau sumber daya lainnya. Geotagging dapat memberitahu pengguna mengenai lokasi dari gambar yang diberikan atau media lain atau sudut pandang dan sebaliknya pada beberapa platform media yang relevan ke lokasi tertentu.
a. Teknik Geotagging
Dasar untuk geotagging adalah posisi. Posisi tersebut berasal dari Global Positioning System (GPS) dan berdasarkan lintang atau bujur sistem koordinat yang menyajikan setiap lokasi di bumi dari 180° BB hingga 180° BT sepanjang Khatulistiwa dan 90° utara melalui 90° selatan sepanjang meridian utama.
Kunjungi juga : Makalah Pemanfaatan SIG untuk Perubahan dan Konversi Lahan
b. Geotagging Foto
Pilihan utama untuk foto geotagging terbagi atas dua bagian yaitu menangkap informasi GPS pada saat foto diambil atau “melampirkan” foto untuk memetakan setelah gambar diambil. Dalam rangka untuk menangkap data GPS pada saat foto itu diambil, pengguna harus memiliki kamera dengan built in GPS atau GPS standalone bersama dengan kamera digital. Beberapa ponsel seperti iPhone, Samsung Android dan Motorola Backflip sudah menggunakan chip GPS bersama dengan built-in kamera untuk memungkinkan pengguna untuk secara otomatis geotag foto.
Orang lain mungkin memiliki chip GPS dan kamera tetapi tidak memiliki perangkat lunak internal yang diperlukan untuk menanamkan informasi GPS dalam gambar. Sebuah kamera digital beberapa juga memiliki built-on atau GPS built-in yang memungkinkan untuk geotagging otomatis seperti Nikon, Sony dan Ricoh. Perangkat tersebut menggunakan GPS, A-GPS atau keduanya.
A-GPS dapat lebih cepat mendapatkan data jika Anda berada dalam jangkauan sebuah menara ponsel dan dapat bekerja lebih baik di dalam bangunan, sedangkan GPS tidak bekerja dengan menara ponsel dan menggunakan sinyal standar GPS di luar kawasan perkotaan. GPS cenderung menggunakan lebih banyak daya baterai.
Koordinat geografis juga dapat ditambahkan ke foto setelah foto ini diambil ke peta menggunakan program-program seperti Flickr, Panoramio ataupun Google Earth. Program-pro gram ini kemudian dapat menulis garis lintang dan bujur ke dalam header exif foto setelah Anda memilih lokasi pada peta.
c. Bahaya Geotagging
Studi ilmiah dan beberapa situs demonstratif menghasilkan diskusi tentang implikasi privasi geotagging dan telah mengangkat perhatian publik. Secara khusus, embedding otomatis geotag dalam gambar yang diambil dengan smartphone ini sering diabaikan oleh pengguna telepon seluler. Akibatnya, orang sering tidak menyadari bahwa foto yang mereka publikasikan di Internet telah tergeotag. Banyak selebriti dilaporkan menyerahkan lokasi rumah mereka tanpa menyadarinya. Menurut penelitian, banyak foto-foto tergeotag tersebut yang dijual di Craigslist.
Penerbitan foto dan media lainnya dengan tag Geolocation yang tepat di internet memungkinkan orang untuk melacak lokasi acak individu dan berkorelasi dengan informasi lainnya. Oleh karena itu, penjahat bisa mengetahui kapan rumah yang kosong karena penghuninya diposting geotag dan timestamped informasi baik tentang alamat rumah mereka dan tinggal liburan mereka.
Bahaya ini bisa dihindari dengan menghapus geotag dengan alat penghapusan metadata untuk foto sebelum mempublikasikannya di Internet. Salah satu artikel yang terkait dengan aplikasi dari Google yang memungkinkan user untuk mempostingkan Foto lengkap dengan letak atau posisinya yang diintregasikan dengan Google Earth ataupun Google Maps adalah Panoramio dan Picasa.
3. Georeferencing
Georeferencing (rektifikasi) merupakan proses memposisikan data peta berupa image/citra yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat ataupun proyeksi tertentu (Abdussamad, dkk., 2014). Proses georeferencing dilakukan pada data raster yang belum bereferensi kebumian atau memiliki koordinat geografis atau UTM (Universal Transverse Mercator) (dua sistem koordinat yang umum digunakan di Indonesia) (Marhaeni & Dheanti, 2018). Data yang sudah direktifikasi selanjutnya dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Data raster biasanya sudah memiliki garis lintang maupun bujur yang saling berpotongan sehingga lebih mudah untuk melakukan georeferensi dibandingkan data raster yang belum memilikinya.
Kunjungi juga : Laporan Praktik IUT Pembuatan Layout Peta
4. Digitasi Peta
Digitasi Peta merupakan proses penggambaran peta yang dilakukan secara on screen pada layar monitor (Budiyanto, 2016). Abdussamad, dkk. (2014) menjelaskan bahwa digitasi peta bertujuan untuk mengubah data raster ke dalam bentuk data vektor sesaui dengan pengelompokkan yang dibuat berdasarkan obyek yang sama, misalnya untuk jalan, rumah, tanah kering, gedung, vegetasi, dan lain sebagainya.
Proses digitasi memerlukan ketelitian dan konsentrasi yang tinggi dari operator. Software yang umunya digunakan dalam digitasi adalah Arc/Info. Prosedur dan tata cara pengerjaannya akan diberikan secara detail dengan maksud untuk memberikan garis besar dari konsep GIS dan melatih cara melakukan proses digitasi peta mengunakan PC Arc/Info. Proses digitasi pada sistem informasi ini akan dilakukan oleh Image Processing (pengolahan citra). Image Processing merupakan proses pengolahan sinyal yang inputmya adalah citra (Gonzales & Wood, 2002).
Pustaka:
Abdussamad,
dkk. 2014. Sistem Informasi Geografis Potensi dan Pemanfaatan Eneri di Propinsi
Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo
Barkey, et
al. 2009. Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin.
Budiyanto,
E. 2016. Sistem Informasi Geografis dengan Quantum GIS. ANDI. Yogyakarta.
Gonzales,
R. C. & Woods, R. E. 2002. Digital Image Processing. Prentice-Hall, Inc.
New Jersey.
Kaho,
N. P. L. B. R. 2017. Modul Pelatihan Pemetaan Penyakit & Surveilans untuk
Pengelola Program Malaria Provinsi Nusa Tenggara Timur. UNICEF. Kupang
Marhaeni
& Dheanti, N. N. 2018. Menentukan Titik Koordinat Suatu Bangunan
Menggunakan Aplikasi QGIS Desktop (Studi Kasus Badan Perencanaan Pembangunan
dan Penelitian Pengembangan Daerah Kota Depok). Jurnal Teknologi Informasi
ESIT Vol. 12 : 11-20.
Rezki. 2018. Panduan Menggunakan Avenza PDF Maps. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin