Faktor Abiotik Kerusakan Hutan

Faktor abiotik yang menyebabkan kerusakan hutan pada umumnya diakibatkan oleh faktor eksternal yakni akibat dari penyinaran suhu yang tinggi, curah hujan, angin, dan polusi udara. Semua tanaman hutan mempunyai kisaran lingkungan fisik dan kimia tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang, meskipun setiap tanaman dapat membutuhkan kisaran lingkungan yang saling berbeda. 

Faktor abiotik yang menyebabkan kerusakan hutan pada umumnya diakibatkan oleh faktor eksternal yakni akibat dari penyinaran suhu yang tinggi, curah hujan, angin, dan polusi udara. Gejala faktor abiotik yang ditimbulkan dapat mulai dari ringan sampai berat dan bahkan sampai menimbulkan kematian pada tanaman hutan. Faktor abiotik penyebab kerusakan hutan lebih spesifik menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada timbulnya penyakit pada hutan ataupun lebih ke subyeknya yaitu pohon

Macam dan tingkat keparahan penyakit abiotik yang diakibatkan sangat beragam tergantung kepada faktor-faktor fisik dan kimia yang terlibat dan tingkat penyimpangannya dari kisaran yang dibutuhkan tanaman. Semakin menyimpang faktor abiotik dari rata-rata kisaran yang dibutuhkan maka tanaman akan semakin parah. Apabila faktor abiotik ini kembali ke kondisi kisaran yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan tumbuh normal.

Gejala faktor abiotik yang ditimbulkan dapat mulai dari ringan sampai berat dan bahkan sampai menimbulkan kematian pada tanaman hutan. Beberapa penyakit abiotik berdampak kepada organ tanaman menjadi bentuk dan ukurannya berbeda. Keparahan penyakit juga tergantung kepada fase pertumbuhan tanaman ketika faktor abiotik menyimpang.

Gejala penyakit abiotik terkadang menunjukan kekhususan dan faktor penyebabnya dapat diduga dengan menggunakan acuan cuaca di sekitar tempat tumbuh tanaman, kebiasaan tumbuhan, dan kondisi tanah. Penyakit abiotik dapat disebabkan karena satu atau lebih faktor abiotik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman secara normal.

Oleh karena itu, pengelolaan faktor-faktor abiotik perlu dilakukan untuk menuju ke kondisi lingkungan optimum, misalnya melalui pemupukan, irigasi, penyemprotan bahan kimia tertentu, penanaman pohon pelindung angin, dan lain-lain (Bambang. 2007).

Kunjungi juga : Faktor-faktor Biotik Penyebab Kerusakan Hutan

Faktor kerusakan hutan dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu salah satunya faktor abiotik. Faktor abiotik penyebab kerusakan hutan lebih spesifik menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada timbulnya penyakit pada hutan atau pun lebih ke subyeknya yaitu pohon. Adapun faktor-faktor abiotik yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan yaitu:

1. Akibat Dari Penyinaran Dan Suhu Yang Tinggi

Penyinaran yang berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kenaikan suhu yang dimana suhu tersebut akan mengakibatkan air yang ada di dalam tanah maupun di dalam batang menjadi sedikit atau dapat dikatakan menguap, sehingga akan menyebabkan ketersediaan air untuk melakukan fotosintesis berkurang.

Hal ini sependapat dengan (Onrizal, 2009) yang mengatakan bahwa  kerusakan yang terjadi bila suhu tempat tumbuh meningkat di atas batas toleransi dapat berupa mati kering baik sebagian atau seluruh bagian tanaman. Kematian jaringan terjadi karena hilangnya air dari sel-sel penyusun jaringan perubahan sifat kimiawi koloid plasma sela atau kerusakan proses metabolism.

Begitu pula halnya dengan penyinaran Pada umumnya tanaman yang telah dewasa memerlukan cahaya penuh untuk kehidupannya. Tetapi pada waktu masih tingkat semai pemberian cahaya matahari harus benar-benar diperhatikan. Pemberian cahaya yang terlalu kuat dapat mengakibatkan semai-semai kerdil dan sulit untuk kembali normal.

Intensitas cahaya yang diperlukan oleh setiap jenis tanaman berbeda-beda. Dan hal yang perlu diperhatikan adalah setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Untuk menanggulangi/mencegah kerusakan hutan oleh suhu dan penyinaran yang tinggi maka dilakukan:
  • Membuat naungan pada persemaian berupa atap, sarlon, atau pohon pelindung.
  • Memperlakukan semai di persemaian dengan sedikit demi sedikit mendapatkan sinar matahari penuh.

2. Curah Hujan

Kerusakan akibat curah hujan yaitu dapat terjadi ketika curah hujan cukup tinggi, sehingga timbul dampak banjir dan tanah longsor sehingga tumbuhan tingkat bawah atau semai maupun pancang dapat tertimbul yang mana hal ini dapat menyebabkan kerusakan hutan baik mulai dari penurunan keaneka ragaman populasinya.

Peristiwa yang  ekstrim ini akan mempengaruhi organisme, populasi dan ekosistem. Curah hujan yang sangat deras dengan kisaran 200-400 mm per jam akan dapat merusak dapat merusak tanaman baik yang ada di persemaian maupun pertanaman. Adapun cara menanggulangi hal tersebut adalah sebagai berikut :
  • Memberikan perlindungan terhadap curah hujan yang tinggi dan sarlon sehingga dapat memecahkan butir-butir hujan menjadi lebih kecil.  
  • Menghindari pemupukan semai dengan N.

3. Angin

Angin yang dapat merusak hutan adalah yang mempunyai kecepatan 150 km/jam seperti angin cyclone, typhoon, tornado dan hurricane. Hal seperti ini biasanya digolongkan dengan kerusakan alam yang terjadi akibat dari bencana alam.

Adapun cara menanggulangi/ mencegah kerusakan hutan yang disebabkan oleh angin yaitu membuat perlindungan dengan menanam pohon dengan jenis campuran, menanam pohon dengan jarak yang rapat, melakukan penjarangan/pemangkasan.

Kunjungi juga : Faktor-Faktor Sosial Penyebab Kerusakan Hutan di Indonesia

4. Polusi Udara

Kerusakan tumbuhan oleh polutan pada umumnya meningkat seiring dengan peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban nisbi udara, suhu dan keberadaan polutan udara yang lain. Ozon yang terserap oleh daun melalui stomata menyebabkan kerusakan membran sel pada jaringan palisade dan jaringan yang lain.

Peroxiaxil nitrat jika terserap tumbuhan akan menyebabkan kerusakan jaringan parenkim daun. Menurut (Arthur C. Stern, dkk, 1984) mengatakan yaitu Gangguan pencemaran udara terhadap tumbuhan dapat terjadi karena karena adanya gas/partikel yang menutupi permukaan daun, sehingga menghalangi difusi dari gas yang masuk dan keluar dedaunan.

Adapun cara penanggulangan kerusakan hutan yang disebabkan oleh polusi udara yaitu membersihkan uap pabrik atau gas beracun, menurunkan konsentrasinya sampai dibawah konsentrasi yang membahayakan.

Gejala penyakit abiotik terkadang menunjukan kekhususan dan faktor penyebabnya dapat diduga dengan menggunakan acuan cuaca di sekitar tempat tumbuh tanaman, kebiasaan tumbuhan, dan kondisi tanah. Penyakit abiotik dapat disebabkan karena satu atau lebih faktor abiotik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman secara normal.

Oleh karena itu, pengelolaan faktor-faktor abiotik perlu dilakukan untuk menuju ke kondisi lingkungan optimum, misalnya melalui pemupukan, irigasi, penyemprotan bahan kimia tertentu, penanaman pohon pelindung angin, dan lain-lain (Bambang, 2007).

Pustaka:
Arthur C. Stern, et al. 1984. Fundamentals of Air Pollution Second Edition. Academic Press, INC. Tokyo.

Bambang P. 2007. Penyakit Biotik dan Abiotik. Fakultas Pertanian Unib. Bengkulu

Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika : Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan Tanah, Air, dan Iklim. Tidak Diterbitkan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
close