Mengenal Kadar Air Kayu

1. Kadar Air Kayu

Kadar air kayu merupakan kandungan air yang dinyatakan sebagai persentase berat kayu bebas air atau kering tanur (Haygreen, 1989). Kadar air kayu ini dapat ditentukan berdasarkan berat basah (wet basis) ataupun berdasarkan berat kering (dry basis). Syarif dan Halid (1993) mengemukakan bahwa secara teoritis batas maksimum kadar air berat basah adalah 100%, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%. Selain itu, Dumanauw (1994) mengemukakan 5 bahwa kandungan air pada kayu memiliki variasi yang berkisar antara 40-300% yang dinyatakan dari persentase berat kering tanur dan tergantung jenis kayunya.

Kadar air kayu memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perusakan. Perusakan kayu pada umumnya disebabkan oleh proses mikrobiologis dan kimiawi ataupun dari kombinasi keduanya. Proses ini berlangsung dengan melibatkan air bebas yang terdapat di dalamnya (Tabrani, 1997). Kadar air kayu merupakan jumlah air yang terdapat di dalam kayu dan biasanya dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur (Brown et al., 1952). Selain itu, Haygreen dan Bowyer (1993) mendefinisikan kadar air kayu sebagai berat air yang dinyatakan di dalam persen terhadap berat kayu bebas atau kering tanur.

Kadar air kayu merupakan kandungan air yang dinyatakan sebagai persentase berat kayu bebas air atau kering tanur (Haygreen, 1989). Kadar air kayu memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perusakan. Perusakan kayu pada umumnya disebabkan oleh proses mikrobiologis dan kimiawi ataupun dari kombinasi keduanya. Proses ini berlangsung dengan melibatkan air bebas yang terdapat di dalamnya (Tabrani, 1997). Kadar air kayu merupakan jumlah air yang terdapat di dalam kayu dan biasanya dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur (Brown et al., 1952).

Air di dalam kayu dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu air bebas, air terikat, dan uap air. Air bebas merupakan air yang terdapat pada rongga sel kayu sedangkan air terikat merupakan air yang terdapat pada dinding sel kayu. Selanjutnya, uap air didefinisikan sebagai air yang terdapat di atas air bebas yang berada di dalam rongga sel (Haygreen dan Bowyer, 1993). Air bebas dan air terikat secara umumnya menentukan kadar air kayu.

Pengaruh ini terjadi apabila kayu mengalami pengeringan maka air keluar dari kayu yang dimulai dari rongga sel kemudian pada dinding sel. Skaar (1972) mengatakan rongga sel yang kosong dari air bebas sedangkan dinding selnya masih jenuh dengan air disebut titik jenuh serat (fiber saturation point). Kadar air kayu segar di dalam satu jenis pohon memiliki variasi tergantung pada tempat tumbuh, umur dan volume pohon. Selain itu, Tsoumis (1991) berpendapat bahwa adanya variasi kadar air kayu disebabkan oleh jenis kayu yang berbeda, posisi kayu pada batang dan kondisi musim dalam satu tahun. 

Kadar air kayu cenderung mengalami perubahan. Dalam kayu lunak rata- rata kandungan air mengalami pengurangan seiring bertambahnya usia pohon. Ketika ditebang, kayu segera mengalami penurunan kadar air sebagai akibat dari usaha untuk mencapai kesetimbangan pada lingkungannya. Hal ini disebut dengan sifat higroskopis yang memiliki arti sebagai sifat kayu yang mudah menyerap dan melepaskan air. Sifat ini diakibatkan oleh gugus hidroksil yang terdapat di dalam selulosa maupun hemiselulosa kayu yang menarik molekul-molekul air dengan 6 ikatan hidrogen.

Selain itu, sifat tersebut juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan serta jumlah air yang terdapat di dalam kayu. Hal ini sesuai dengan pendapat Haygreen dan Bowyer (1989) yang mengatakan volume rongga sel, struktur sel, dan kadar air mempengaruhi sifat fisika kayu. Scharai Rad (1994) mengemukakan bahwa kadar air dapat dihitung dengan cara pengeringan dengan oven (oven drying), destilasi, titrasi, menggunakan elemen higroskopis, dan menghitung dengan sifat-sifat elektrik.

Pustaka:
Bahtiar E. T. 2005. Keandalan Modulus of Elasticity (MOE) untuk Menduga Kekuatan Kayu Bercacat Akibat Lubang Bor. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 18 (2): 80-90

Brown, H. P., Panshin A. J. & Forsaith C. C. 1952. Textbook of Wood Technology. Volume II. McGraw-Hill Book Company. Toronto. London.

Dumanauw, J. F. 1994. Mengenal Kayu. Gramedia. Jakarta.

Haygreen, J. G. & Bowyer J. L. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan

Scharai Rad. 1994. Pengujian Kayu. Terjemahan Agus Sulistyo Budi. Jurusan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman. Samarinda.

Skaar, C. 1972. Water in Wood. Syracuce Wood Science Series. University Press. New York

Syarief, R. & Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.

Tabrani. 1997. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yokyakarta.

Tsoumis, G. 1991. Woods as Raw Material, Sources, Structure Chemical Composition Growth. Degradation and Identification. Pergamon Press Oxford. London
close