Morfologi dan Zat Kimia yang Terkandung Pada Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Menurut VAN Steenis (1978), eceng gondok memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Devisi : Spermatophyta

Devisi : Magnoliaophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Alismatales

Family : Butomaceae

Genus : Eichornia

Spesies         : Eichornia crassipes solms

Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan tidak berkayu yang hidup mengapung di air dengan tingginya 0,4 – 0,8 m bahkan ada yang mencapai 1 m. Eceng gondok tidak memiliki batang tetapi memiliki tangkai berbentuk silinder dengan diameter 1 – 2 cm yang berfungsi untuk menompang daunnya yang berbentuk bulat dan tunggal. morfologi eceng gondok, kandungan kimia eceng gondok, nama latin eceng gondok, tempat hidup eceng gondok, komposisi eceng gondok

Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan tidak berkayu yang hidup mengapung di air dengan tingginya 0,4–0,8 m bahkan ada yang mencapai 1 m. Eceng gondok tidak memiliki batang tetapi memiliki tangkai berbentuk silinder dengan diameter 1–2 cm yang berfungsi untuk menompang daunnya yang berbentuk bulat dan tunggal. (Hutabarat N., 2019) menjelaskan bahwa ketika terkena sinar matahari, daun eceng gondok yang berwarna hijau akan terlihat mengkilap karena memiliki permukaan yang licin dengan bunga yang berwarna keunguan atau pun merah muda.

Tangkai eceng gondok memiliki rongga yang besar dengan serat-serat yang kuat namun lemas. Tumbuhan ini hidup dengan memanfaatkan air yang dihisap oleh akar serabut dan melakukan fotosintesis. Cahaya matahari yang mengenai tumbuhan ini mengakibatkan terjadinya proses evaporasi melalui daun. 

Eceng gondok hidup di air tawar dan biasanya dapat ditemukan pada kolam dangkal, aliran air yang lambat, danau, serta di sungai-sungai. Di dalam pertumbuhannya, eceng gondok menyerap nutrien yang terdapat di dalam air terutama memiliki banyak kandungan nitrogen dan fosfat. Selain itu, eceng gondok juga menyerap limbah cair untuk pertumbuhannya (Hutabarat N., 2019).

Berdasarkan serapan yang dilakukan oleh eceng gondok, beberapa peneliti mencoba mengkaji lebih dalam bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh tumbuhan tidak berkayu tersebut dalam menetralisir senyawa-senyawa beracun yang terdapat di dalam limbah cair sehingga tidak mengganggu proses pertumbuhannya (Djenar dan Budiastuti, 2008). Menurut Widianto (1997), eceng gondok memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyerap logam pada umur muda daripada pada umur tua.

Penelitian  Fattah & Naby  (2012) menjelaskan bahwa komposisi kimia eceng gondok terdiri dari 60% selulosa, 8% hemiselulosa, dan 17% lignin dan terdapat pada tangkainya. Kandungan kimia ini tergantung pada unsur hara tempat tumbuhan itu tumbuh serta kemampuan daya serapnya. Selanjutnya Wardini (2008) menjelaskan hasil analisisnya bahwa, eceng gondok pada keadaan segar didapatkan bahan organik 36,59%, N dengan total 0,28%, C-Organik 21,23%, P total 0,0011% dan K total 0,016%.

Pustaka:

Djenar, N. S. & Budiastuti, H. 2008. Absorpsi Polutan Amoniak di Dalam Air Tanah Dengan Memanfaatkan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Jurnal Spektrum Teknologi 15 (97): 6

Fattah, A. & Naby, A. 2012. Pretreatment and Enzymic Saccharification of Water Hyacinth Cellulose. Carbohydrate Polymers 87 (3): 2109-2113.

Hutabarat, N. 2019. Sifat Fisika Pulp dan Logam di Black Liquor Pulping Soda dari Tiga Tumbuhan Tidak Berkayu. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. (Tidak Dipublikasikan).

VAN Steenis. 1978. Flora of Java. Leiden. E. J. B

Wardini. 2008. Analisis Kandungan Nutrisi pada Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Sebagai Bahan Baku Alternatif bagi Ternak

Widianto. L. S. 1997. The Effect of Heavy Metal on The Growth of Water Hyacinth. Proceed Syimposium on Pest Seameo-Biotrop. Bogor.

close