Materi Taksonomi Tumbuhan

1. Pengertian Taksonomi Tumbuhan

Taksonomi secara etimologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu takson yang artinya unit atau kelompok dan nomos yang artinya hukum atau aturan. Perkembangan eksplorasi tumbuhan yang mengalami peningkatan mengakibatkan sulitnya mempelajari tumbuhan yang sangat beragam sehingga para ahli botani membuat suatu sistem dimana tumbuhan yang memiliki sifat dan ciri dimasukkan dalam kelompok tertentu atau biasanya dikenal dengan sebutan takson.

Takson merupakan kelompok individu yang digolongkan bersama berdasarkan pada andil sifatnya secara umum, sehingga setiap tumbuhan dapat diaanggap dalam sejumlah takson yang berurutan dari bawah ke atas menurut tingkatnya (Hasanuddin, 2018).

Materi taksonomi tumbuhan ini akan membahas pengertian taksonomi, sejarah taksonomi, tahapan perkembangan taksonomi, dan kode tatanama tumbuhan.

Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokkan organisme berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu (Rasyid, 2012). Sedangkan Hasnuddin (2018) mengartikan taksonomi sebagai aturan/hukum yang digunakan untuk menggolongkan makhluk hidup dengan komponen dasar terdiri dari identifikasi atau determinasi, penggolongan atau klasifikasi, dan penamaan atau nomenklatur.

Apabila objek adalah tumbuhan, maka taksonomi itu disebut taksonomi tumbuhan. Tujuan utama taksonomi tumbuhan adalah mengenal, menjelaskan ciri, variasi suatu tumbuhan baik yang sekarang maupun yang dahulu pernah ada dalam suatu sistem yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan (Tjitrosoedirdjo & Chikmawati, 2001).

2. Sejarah Taksonomi Tumbuhan

Taksonomi tumbuhan dikembangkan oleh orang-orang Yunani hingga bertahan sampai 10 abad. Taksonomi tumbuhan hanya berdasarkan perawakannya: pohon, semak, herba dan tumbuhan pemanjat. Sampai dengan pertengahan abad ke XVIII satu-satunya sistem taksonomi yang dianut adalah sistem taksonomi buatan yang dibuat oleh Theophrastus (370-285) dan dianggap sebagai bapak botani, ia adalah murid dari ahli filsafat terkenal Aristoteles (Tjitrosoedirdjo & Chikmawati, 2001).

Kemudian Caesalpino (1519-1603) mengembangkan sistem taksonomi tumbuhan mulai dengan mengkasilfikasikan tumbuhan berdasarkan sifat dan struktur buah serta bijinya. Tahun 1753 mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan kesamaan sifat fisik bagian bunga terutama benangsari.

Tahapan-tahapan selanjutnya dalam sistem taksonomi tumbuhan ini adalah Sistem de Candolle (1819), sistem Bentham da Hooker (1862-1883), Sistem Engler (1924), Sistem Reveal (1941), Sistem Takhtajan (1950), Sistem Cronquist (1919-1992), Sistem Thorme (1992), Sistem Angiosperm Phylogency Group (APG) tahun 1998.

3. Tahapan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan

Taksonomi tumbuhan merupakan ilmu yang oleh sebagian ahli dipisahkan dengan sistematik. Kegiatan taksonomi tumbuhan meliputi: dasar-dasar perincian, tatat cara pengenalan dan hukum penamaan, asas-asas pengaturan tumbuhan dalam golongan atau kesatuan kelasnya secara ideal. Tahap perkembangan tumbuhan dapat dibedakan atas beberapa fase, yaitu: fase eksplorasi, fase konsolidasi, fase eksperimental taksonomi percoban) dan fase ensiklopaedik (Jones & Luchinger, 1986).

a). Fase Eksplorasi Dan Discovey (Exploratory = Pioneer Phase)

Fase yang menekankan kegiatan identifikasi dengan bahan yang sangat terbatas. Aktivitas ini dimulai sejak zaman purba, dan paling menonjol sejak tahun 1400. Puncak kegiatan eksplorasi terjadi pada akhir tahun 1800. Namun kegiatan tersebut masih dilakaukan terutama di daerah tropika. Pada fase ini juga di lakukan pengaklasifikasian, penanaman, dan pemberian nama tumbuhan.

b). Fase Konsolidasi (Consolidation = Synthesis = Systematic Phase)

Sistem klasifikasi ini didasarkan pada sifat morfologi. Pada fase ini penggunaan herbarium dan studi lapangan dilakukan secara intensif. Pada fase ini flora, anual dan dasar monografimulai diterbitkan. Slain itu, pembentukan dasar dari sistem klasifikasi juga dilakukan (from-based classification systems).

c). Fase Biosistematik (Experimental Phase)

Kegiatan yang menonjol dalam fase ini adalah: analisis sitem kawin silang, pola variasi, kematoksonomi, taksonomi numerik, sitologi, anatomi, embriologi, dan palinologi. Prinsip kerja biosistematik adalah populasi, khusus taksontingkat jenis dan di bawah jenis (infraspecific taxa)

d). Fase Ensiklopaedik (Holotaxonomy)

Pada fase ini, bnyak sisitem klasifikasi yang di hasilkan didasarkan pada kajian evolusi atau hubungan kekerabatan filogenetik.

4. Kode Tatanama Tumbuhan

Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara pemberian nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres Botani sedunia. Peraturan-peraturan tersebut secara formal dimuat pada Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature). Tujuan utama sistem ini adalah menciptakan satu nama untuk setiap takson (Rideng, 1989). 

Selanjutnya Rifai (1973) menyatakan bahwa kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu. Dalam bentuknya sebagai hasil Muktamar Sydney tahun 1981, Kode Internasianal Tatanama Tumbuhan yang diterbitkan dalm tiga bahasa: Inggris, Perancis, dan Jerman pada tahun 1983, memuat bagian-bagian penting berikut:

  • Mukadimah
  • Bagian I Asas-asas
  • Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi
  • Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode
  • Lampiran I Nama-nama hibrida
  • Lampiran II Nama-nama suku yang dilestarikan
  • Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak
  • Lampiran IV Nama-nama yang bagaimaapun ditolak

Pustaka:

Hasnuddin. 2018. Botani Tumbuhan Tinggi. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh

Jones, S. B. & Luchsinger, A. E. 1986. Plant Systematics. McGraw Hill Book Campany, New York

Rifai MA. 1973. Kode Internasional Tatanama Tumbuh-Tumbuhan. Herbarium Bogoriense, Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Rideng, I. M. 1989. Taksonomi Tumbuhan Biji. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S. S. & Chikmawati, T. 2001. Sejarah Klasifikasi dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan. http://repository.ut.ac.id/4359/1/BIOL4311-M1.pdf [diakses pada 28 April 2022].

Penyusun : Mega Plena Zega

close